AD (728x90)

IT FOR BUSSINES

Social

MUSIC

INDONESIA
Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Category 1

Followers

About Me

Foto Saya
PUTRI DWIDIWANTI
METRO, LAMPUNG, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Selasa, 24 Februari 2015

PRINSIP KERJA DALAM ISLAM

Share it Please





PRINSIP KERJA DALAM ISLAM
Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah “Hadis Ekonomi I”
Dosen Penganmpu : Prof. Dr. Enizar, M.Ag



logo.png










Disusun Oleh:
PUTRI DWIDIWANTI       (13103884)


JURUSAN SYARI’AH
PRODI EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena atas berkat rahmatnya berupa kekuatan  lahir maupun batin serta jalan semangat pada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
            Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah “Hadis Ekonomi I”. Materi yang dibahas dalam makalah ini adalah “Prinsip Kerja dalam Islam”.
Islam telah menerangkan tentang prinsi-prinsip kerja dalam Islam. Keterangan-keterangan tersebut terdapat dalam Al-Quran maupun Hadis. Makalah ini berisi tentang penjelasan prinsip kerja yang terdapat dalam Islam yang diperkuat dengan dicantumkannya beberapa firman Allah S.W.T dan hadis Rasulullah S.A.W.
                        Tak ada gading yang tak retak, sebagai manusia yang terbatas kemempuannya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dengan kerendahan hati, dimohon kritik dan saran demi kesempurnaan yang diharapkan dari makalah ini, dan akhir kata semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

                                               
Metro, Oktober 2014

Putri Dwidiwanti




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kerja........................................................................................ 2
B.     Prinsip-Prinsip Kerja Dalam Islam............................................................ 5
C.     Keimanan dan Etos Kerja......................................................................... 7
D.    Motivasi Kerja dalam Islam...................................................................... 14

BAB III PENUTUP............................................................................................ 17
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 18




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bekerja dan berusaha merupakan suatu keharusan bagi umat manusia. Namun jangan sampai mendewakan pekerjaan sehingga melupakan sang pemberi rezeki yaitu Allah SWT.
Perintah bekerja telah terutang dalam Al-Qur’an mislanya dalam QS surat Al-Jumu’ah ayat 10 :

فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون

Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Itu beratri seorang hamba diperintahkan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Islam telah menjelaskan tentang prinsip-prinsip kerja yang harus dimiliki seorang muslim sehingga tidak keluar dari koridor-koridor yang ada dalam Islam.  Prinsip-prinsip tersebut akan dijelaskan dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kerja ?
2.      Apa saja prinsip-prinsip kerja dalam Islam ?
3.      Apa hubungan antara keimanan dan etos kerja ?
4.      Bagaimana cara memotivasi semangat bkerja dalam Islam ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kerja
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.[1]
Seorang muslim boleh saja bekerja mencari rezeki dengan jalan menjadi pegawai, baik itu pegawai negeri ataupun pegawai swasta, selama dia mampu memikul pekerjaannya dan dapat menunaikan kewajiban. Tetapi, disamping itu seorang muslim tidak dianjurkan untuk mencalonkan dirinya pada pekerjaan yang bukan ahlinya, terlebih lagi sebagai seorang hakim.[2]
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut :
ويل للا مرء . ويل للعرفاءويل للا مناء . ليتمنين أ قوام يوما لقياامة أ ن ذواءبهم معلقة با لثر يا , يد لون بين ا لسما ء والأ رض و أ نهم لم يلو ا ءملا . ( ا بن حبا ن واحا كم)

Artinya: “Siallah Amir , siallah kepala dan siallah kasir. Sungguh ada beberapa kaum yang menginginkan kulit-kulitnya itu bergantung di bintang yang tinggi, kemudian mereka akan diulurkan antara langit dan bumi kaerna sesungguhnya mereka itu tidak pernah menguasai sesuatu pekerjaan.”
(Riwayat Ibnu Hibban dan al-Hakim, ia sahkan sanadnya)

Jadi sebaiknya seorang muslim tidak perlu  ambisi pada kedudukan-kedudukan yang besar dan berusaha di belakang kedudukan itu sekalipun dia ada kemampuan. Kalau kedudukannya itu dijadikan pelindung, kedudukannya itu sendrir akan menghambat dia. Barang siapa mengarahkan setiap tujuannya itu untuk pamer di permukaan bumi ini, maka dia tidak akan memperoleh taufik dari langit.
Islam adalah agama yang menyeluruh dan sempurna. Islam telah memberikan prinsip-prinsip yang kokoh. Syariat Islam telah memuat kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang menetapkan berbagai urusan ibadat (ritual seremonial) dan prinsip-prinsip muammalah dalam satu keserasian dan keharmonisan yang solid. Dengan menjalankan syariah itu manusia dapat:
a.       Dapat hidup secara baik sebagai hamba Allah, sekaligus sebagai khalifatul Ard yang mampu mengelola alam semesta dengan segala kekayaannya di muka bumi ini.
b.      Kesejahteraan hidup bagi diri, keluarga, masyarakat dan negara serta dalam naungan rahmat Allah SWT
c.       Sukses meraih ridho Allah serta dapat menjadi bekal amal sholeh hidup di akherat kelak.

B.     Prinsip-Prinsip Keja dalam Islam
Islam menempatkan kerja pada tempat yang sangat mulia yaitu digolongkan pada fi sabilillah. Hal ini tercermin dari hadis Rasulullah yang artinya : “Diriwayatkan dari Ka’ab bin Umrah: Ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW bahwa orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lalu berkata : “Ya Rasulullah, adaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan sebagai fi sabilillah, alangkah baiknya. Maka Rasulullah bersabda : “Kalau ia bekerja itu hendak menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, ia adalah fi sabilillah, kalau ia bekerja untuk membela orang tuanya yang sudah lanjut usianya, ia itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja untuk kepentingannya sendiri agar tidak meminta-minta, ia adalah fi sabilillah. (HR. Tabhrani)
Prinsip-prinsip dalam bekerja maupun dalam mengelola keuangan atara lain adalah :
1.      Niat bekerja adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalil yang menujukkan hal tersebut adalah firman Allah :
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
ما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan” (Adzariat: 56-57)
قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين
Katakanlah “ sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam” ( Al-an’am : 162)

يعملون له ما يشاء من محاريب وتماثيل وجفان كالجواب وقدور راسيات اعملوا آل داوود شكرا وقليل من عبادي الشكور

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.” (QS Saba’ (34): 13)
Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah bekerja sebagai tanda syukur kepa Allah.[3]

2.      Kerja adalah amanah untuk memakmurkan alam semesta Dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Albaqoroh 30)
وإلى ثمود أخاهم صالحا قال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها فاستغفروه ثم توبوا إليه إن ربي قريب مجيب
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Hud: 61)
Firman Allah yang menyebutkan bahwa barangsiapa yang bercocok tanam disini, maka ia akan menikmati hasilnya disana, apa saja yang ia kerjakan di sina akan diberi imbalan disana. Dengan demikian manusia dituntut untuk tahu tujuan hidupnya dan rahasia dibalik penciptaannya. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi hamba Allah yang memimpin alam bukan untuk menjadi hamba dari yang diciptakan-Nya.[4]

3.      Tujuan dan Orientasi bekerja adalah sebagai investasi amal saleh untuk kebahagiaan hidup di akherat sekaligus kebahagiaan hidup didunia terpenuhi keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohkhani .
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al –Qashas: 77)
 “Sesungguhnya untuk dirimu atasmu ada hak, untuk badanmu atas dirimu ada hak, dan untuk istrimu atas dirimu ada hak, maka berikanlah semua hak kepada yang memilikinya” (HR Bukhari)

4.      Mencari penghasilan yang halal adalah Fardhu (Wajib) Dalil yang menunjukkan hal ini : Sabda Rasulullah SAW: “Mencari penghasilan halal adalah sesuatu yang fardhu setelah fardhu lainnya” (HR Al-Baihaqi) Sabda beliau yang lain: Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “ Usaha apakah yang paling baik” beliau menjawab; “Kerja seorang lelaki dengan tangannya, dan semua jual beli yang mabrur (baik)”. Dalam riwayat lain, “Usaha apakah yang paling utama ? (HR.Al-Bazzar dan Ahmad)

5.      Bekerja pada bidang-bidang yang baik serta menghindari segala yang diharamkan kotor (keji). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah : “Katakanlah tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Al-Maidah 100) Katakanlah “siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan ) rizki yang baik ”Katakanlah : semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (Al-a’raf : 32) Telah sampai kepada kita dari Muhammad SAW bahwa beliau bersabda: “Sungguh, seorang hamba memasukkan satu suap makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak menerima amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih baik baginya “ (HR Ath –Thabrani )


6.      Mengangkat dan mendelegasikan pekerjaan pada ahlinya (cakap) Allah SWT berfirman: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakain (dari harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik “ (Annisa’:5) Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”, berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) , sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (Yusuf: 54-55) “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kami ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (Al-Qashas: 26) Berkenaan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mengangkat seseorang sebagai pegawai (pekerja) dari suatu kaum, padahal pada kaum itu terdapat seseorang yang diridlai (cakap,saleh dan beriman) oleh Allah dari padanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang dan orang-orang yang beriman (HR.Al-Hakim, ia berkata:”shahihul isnad”)

7.      Membayar zakat Perintah demikian berdasar firman Allah SWT “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka (At-Taubah 103)

Setelah kita mengetahui beberapa prinsip kerja seorang muslim sejati di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa ciri etos kerja seorang Muslim. Diantaranya adalah : (1) Mereka kecanduan terhadap waktu (Menyusun tujuan, realisasi, kerja, evaluasi), (2) Hidup berhemat dan efisien (3) Ikhlas (4) Jujur (5) Memiliki komitmen (Tekad dan keyakinan, tidak mudah menyerah), (6) Istiqomah, (7) Berdisiplin (berhati-hati dan tanggungjawab dalam kerja) , (8) Konsekuen dan berani menghadapi tantangan, (9) Memiliki sikap percaya diri , (10) Kreatif , (11) Bertanggung jawab (kerja sebagai amanah), (12) Mereka bahagia karena melayani/ menolong, (13) Memiliki harga diri, (14) Memiliki jiwa kepemimpinan, (15) Berorientasi ke masa depan, (16) Memiliki jiwa wiraswasta, (17) Memiliki insting bertanding, (18) Mandiri (Independent), (19) Kecanduan belajar dan haus mencari ilmu, (20) Memiliki semangat perantauan, (21) Memperhatikan kesehatan dan gizi, (22) Tangguh dan pantang menyerah, (23) Berorientasi pada produktivitas, (24) Memperkaya jaringan silaturahim, (25) Memiliki semangat perubahan.
Agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk mengaplikasikan prinsip kerja dalam Islam yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-Sunnah.

C.    Keimanan dan Etos Kerja
Sebenarnya umat Islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi. Kini tinggal bagaimana menterjemahkan dan mengapresiasikannya dalam kehidupan.
Setiap pekerjaan yang dilakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam kerangka pencapaian Ridha Allah. Cara melihat seperti ini akan memberi dampak, misalnya, dalam kesungguhan menghadapi pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidupnya maka apa yang dilakukannya di dunia tak dijalankan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam mendekati kepada Al Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yang berada pada dirinya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada Yang Maha Suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja  secara profesional. Sikap tersebut berawal dari ketakwaan individu terhadap Allah, yang berlanjut pada kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol, dan menghitung seluruh amal perbuatannya secara adil kemudian akan membalasnya dengan pahala atau siksaan . kesadaran inilah yang menuntut individu untuk cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras dalam memperoleh ridha Allah, dan memiliki hubungan yang baik dengan relasinya.[5]
Di dalam kaitan ini, al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. Di dalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja . misalnya :  kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat  an-Nahl: 97..
Di sahmping itu, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran pahala hukuman, Allah SWT berfirman:
“…barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh…” (Al-Kahfi: 110)
Ada juga ayat al-Qur’an yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.
Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu…” (al-Anbiya: 80)
Dalam surah al-Jumu’ah ayat 10 Allah SWT menyatakan :
“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (al-Jumu’ah: 10)
Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.
D.    Motivasi Kerja Dalam Islam
Dalam bekerja harus memiliki motivasi agar pekerjaan mencapai hasil yang memuaskan. Motivasi Kerja Sejati Untuk mengetahui motivasi kerja dalam Islam, perlu dipahami terlebih dahulu fungsi dan kedudukan bekerja. Mencari nafkah dalam Islam adalah sebuah kewajiban. Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan kebutuhan manusia, diantaranya kebutuhan fisik.
Motivasi Kerja Sejati
Untuk mengetahui motivasi kerja dalam Islam, kita perlu memahami terlebih dahulu fungsi dan kedudukan bekerja. Mencari nafkah dalam Islam adalah sebuah kewajiban. Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan kebutuhan manusia, diantaranya kebutuhan fisik. Dan, salah satu cara memenuhi kebutuhan fisik itu ialah dengan bekerja. Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam. Bekerja dalam pandangan Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan suatu kewaibanagama, sehingga perlu diperhatikan cara dan proses kerja yang akan membawa konsekuensinya terhadap hasil.[6]
Dalam beberapa kutipan hadis dapat dilihat bagaimana istimewanya bekerja mencari nafkah menurut sabda Nabi saw. Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)
Luar biasa, dikatakan dalam hadits diatas bahwa mencari nafkah adalah seperti mujahid, artinya nilainya sangat besar.
Allah suka kepada hambanya yang mau berusah payah mencari nafkah.
Ini lebih dari cukup sebagai motivasi kerja sebagai muslim. Bahkan, kita pun berpeluang mendapatkan ampunan dari Allah. Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad)
Hukumnya Wajib
Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian, motivasi kerja dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu lainnya.
Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dll). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Perlu diperhatikan dalam hadist di atas, ada kata sesudah. Artinya hukumnya wajib sesudah ibadah lain yang fardhu. Jangan sampai karena merasa sudah bekerja, tidak perlu ibadah-ibadah lainnya. Meski kita bekerja, kita tetap wajib melakukan ibadah fardhu seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat, jihad, dan dakwah. Jangan sampai kita terlena dengan bekerja tetapi lupa dengan kewajiban lainnya. Jika Motivasi Kerja Sebagai Ibadah
Etos Kerja Seorang Muslim
 Jika tujuan bekerja begitu agung. Untuk mendapatkan ridha Allah Subhaanahu wa ta'ala, maka etos kerja seorang Muslim haruslah tinggi. Sebab motivasi kerja seorang Muslim bukan hanya harta dan jabatan, tetapi pahala dari Allah. Tidak sepantasnya seorang Muslim memiliki etos kerja yang lemah.
Jadi, tidak ada kata malas atau tidak serius bagi seorang Muslim dalam bekerja. Motivasi kerja dalam Islam bukan semata mencari uang semata, tetapi serupa dengan seorang mujahid, diampuni dosanya oleh Allah SWT, dan tentu saja ini adalah sebuah kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT.
Adil Dalam Bekerja
Salah satu bentuk profesional itu adalah 'adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika waktunya bekerja, maka bekerja. Jika waktunya istirahat atau shalat, maka shalat dan istirahat. Jika tidak, maka bisa termasuk melakukan hal yang dzalim, tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. 'Adil juga berarti, menegrjakan sesuatu tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dimiliki.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bekerja adalah salah satu cara agar seseorang dapat menjaga harga dirinya. Karena dengan bekerja itu berarti seseorang tersebut mempunyai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus meminta-meminta. Namun, jangan sampai pekerjaan tersebut membuat kita lalai dan lupa akan Allah yang telah memberikan rezeki pada makhluknya. Allah menciptakan segala sesuatu di dunia bukan untuk disembah oleh manusia melainkan untuk dinikmati manusia agar dapat terus bersyukur dan mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Dalam Islam telah dijelaskan beberapa prinsip-prinsip bekerja yang penjelasannya terkandung dalam Al-Qur’an maupun Hadis. Prinsip-prinsip tersebut sebagai pedoman agar pekerjaan yang dilakukan tetap berada di dalam koridor-koridor agama Islam. Diantara prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.      Niat bekerja adalah untuk beribadah kepada Allah.
Hal ini dimaksudkan agar manusia tidak menewakan pekerjaannya sehingga lupa akan penciptanya.
2.      Kerja adalah amanah untuk memakmurkan alam semesta.
Allah telah menciptakan segala yang ada dibumi ini agar manusia dapat terus bersyukur atas nikmat-Nya. Segala ciptaan Allah ini perlu dijaga dan jangan sampai rusak oleh tangan-tangan manusia.
3.      Tujuan dan orientasi dalam bekerja adalah sebagai investasi amal saleh karena bekerja termasuk ibadah serta untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Bukan hanya untuk mengejar kekuasaan, mendewakan uang, dll. Yang dapat lebih menjauhkan kita dari Allah.
4.       Mencari penghasilan yang halal, agar segala sesuatu yang diperoleh menjadi berkah.
5.      Bekerja dibidang yang baik, bukan pekerjaan yang dilarang oleh agama.
6.      Bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki.
7.      Mengeluarkan zakat.
Bekerja juga harus didorong oleh motivasi yang dapat membangkitkan semangat dalam bekerja. Agar hasil yang diperoleh maksimal dan mendapat pahala dari Allah maka dianjurkan untuk bekerja dengan baik dan giat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan memberi nafkah kepada keluarga. Karena apabila menafkahkan keluarga dengan ikhlas maka akan dihitung sebagai sedekah.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006)
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013)
Hadhiri Choiruddin SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005)
Muhammad, “Etika Kerja”, dalam Hidup adalah Surga, (Jakarta: Republika,2003)
Tasmara Toto, Membudayakan Etos Kerja yang Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
Yusuf al-Qaradhawi, Al Sunnah, Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997)
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya, 2000)


[1] Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 27
[2]Dr. Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya, 2000), hlm. 195
[3] Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 196
[4] Dr. Yusuf al-Qaradlawi, Al Sunnah, Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hlm. 312
[5] Muhammad, “Etika Kerja”, dalam Hidup adalah Surga, (Jakarta: Republika,2003), hlm.127-128
[6] Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm.8

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

1 komentar:

  1. A titanium sia – titanium sia and stainless steel blades
    All materials iron titanium token used for 룰렛 stainless steel everquest: titanium edition blades are titanium iv chloride made from premium stainless steel and have an RSP grade rating of 3.5 out of 5. titanium carabiners

    BalasHapus

© 2013 BLOG SAYA. All rights resevered. Designed by Templateism