AD (728x90)

IT FOR BUSSINES

Social

MUSIC

INDONESIA
Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Category 1

Followers

About Me

Foto Saya
PUTRI DWIDIWANTI
METRO, LAMPUNG, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Selasa, 24 Februari 2015

Kehidupan Ekonomi Bangsa Arab Masa Pra Islam

Share it Please


Kehidupan Ekonomi Bangsa Arab Masa Pra Islam

Disusun Untuk Memenuhi  Tugas  Mata Kuliah
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
 Dosen Pengampu :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/66/Logo_STAIN_Jurai_Siwo_Metro_Lampung.jpg
DiSUSUN OLEH :
                                         PUTRI DWIDIWANTI                        ( 13103884)




PROGRAM STUDI  EKONOMI ISLAM
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 JURAI SIWO METRO
TP. 2013/2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT karena tanpa rahmat dan ridho-Nya, kami selaku penyusun tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dapat selesai tepat waktu.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dalam tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat agar kami bisa mengikuti proses belajar selanjutnya. Makalah ini memuat secara singkat tentang “Kehidupan Ekonomi Bangsa Arab Masa Pra Islam” Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami selaku penyusun mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun, dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi kesempurnaannya dalam penyusunan makalah di masa yang akan datang.

Metro, Oktober 2014

Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
Kehidupan Ekonomi Bangsa Arab Masa Pra Islam....................................... 2

BAB III KESIMPULAN.................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa jahiliyyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman  yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang.  Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada waktu itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria.
Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra Islam.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi perekonomian bangsa arab sebelum Islam muncul ?


BAB II
PEMBAHASAN

Perekonomian arab pada masa pra-islam
Penyelidikan mengenai sejarah peradaban manusia dan dari mana asal usulnya sesungguhnya masih ada hubungannya dengan zaman kita sekarang ini. Penyelidikan tersebut telah lama dan menetapkan, bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu adalah mesir. Zaman sebelum itu dimaksukkan orang kedalam kategori pra-islam. Oleh karena itu sukar sekali akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah. Sarjana-sarjana ahli purbakala ( arkelogi ) kini kembali mengadakan penggalian-penggalian di irak dan suria dengan maksut mempelajari soal-soal peradaban Asiria dan Funisia serta menentukan zaman permulaan dari pada kedua macam peradapan itu. Adakah ia mendahului peradaban mesir masa firaun dan sekaligus mempengaruhi, ataukah iya menyusul masa itu dan terpengaruh karenanya?
Apapun juga yang di peroleh sarjana-sarjana arkelogi dalam bidang sejarah itu, sama sekali tidak akan mengubah sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya, yang dalam penggalian benda-benda kuno tiongkok dan timu jauh belum memperlihatkan hasil yang berlawanan. Kenyataan ini ialah bahwa sumber peradaban pertama baik di mesir, funisia atau asiria, ada hubungannya dengan laut tengah; dan bahwa mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke yunani atau rumawi, dan bahwa peradaban dunia sekarang ini, masih erat sekali, hubungannya dengan peradaban pertama ini.[1]
            Apapun yang pernah di perlihatkan oleh timur jauh dalam penyelidikan tetang sejarah peradaban-peradaban fira’un, asiria atau yunani, juga tidak pernah mengubah tujuan dan perkembangan peradaban-peradaban tersebut. Hal ini baru terjadi sesudah ada akulturasi dan saling hubungan dengan peradaban islam. Di sinilah poses saling pengaruh-mempengaruhi itu terjadi, proses asimilasi yang sudah sedemikian rupa, sehingga pengaruhnya terdapat pada peradaban dunia yang menjadi pegangan umat manusia dewasa ini.
            Salah atau aspek penting perekonomian arab pra-Islam adalah pertanian. Dua ratus tahun sebelum kenabian muhammad (610 M), masyarakat arab sudah mengenal peralatan pertanian semi modern seperti alat bajak, cangkul, garu, dan tongkat kayu untuk menanam. Penggunaan hewan ternak seperti, unta,keledai, dan sapi jantan sebagai penarik bajak dan garu serta pembawa tempat air juga sudah dikenal. Mereka telah mampu membuat bendungan raksasa yang dinamakan al-ma’arib. Yaman adalah negeri yang subur, khususnya di sekitar bendungan Ma’rib, di mana pertanian maju secara pesat dan menakjubkan. Di masa itu juga telah berkembang industri, seperti industri kain katun dan persenjataan berupa pedang, tombak, dan baju besi. Akan tetapi, mereka tidak bersyukur dan justru berpaling dari ketaatan kepada Allah. Karena kekufuran itu, Allah pun menghancurkan bendungan Ma’rib.
Namun setelah bendungan tersebut rusak dan tidak berfungsi era kesejahteraan mereka juga hancur. Tanah sebagian di Arab berupa padang pasir yang sangat luas, panas dan gersang tetapi juga terdapat lahan yang subur yang terletak di lembah-lembah yang terdap mata air (oase) dan sering turun hujan. Tanah pertanian yang utama terdapat di daerah Thaif. Hasil pertanian mereka antara lain sayur dan buah-buahan. Hasi pertanian itu kemudian dijual ke kota-kota seperti makah dan madinah.
Dimikian pula sistem irigasi, mereka telah mempraktikkanya pada saat itu. Untuk menyuburkan tanah, masyarakat arab pra-Islam telah menggunakan apa yang sekarang disebut pupuk alami, seperti pupuk kandang, kotoran manusia, dan binatang tanah tertentu, misalnya cacing dan rayap. Mereka juga telah meneneal teknik penyilangan pohon tertentu untuk mendapat bibit unggul.
            Ada tiga sistem yang dipakai oleh para pemilik ladang atau sawah dalam mengelola pertanian mereka pada saat itu. Pertama ialah sistem sewa menyewa dengan emas logam mulia lain, gandum, atau produk pertanian sebagai alat pembayaran. Kedua, ialah sistim bagi hasi produk, misalnya separuh untuk pemilik dan separuh untuk penggarap, dengan bibit dan ongkos penggarapan dari pemilik. Ketiga ialah sistem pendigo, yakni seluruh modal datang dari pemilik, sementara pengairan, pemupukan, dan perawatannya di kerjakann oleh penggarap. Sawah yang di garap oleh sekelompok budak tani di daerah yang subur, nasib para penggarap sawah sama sebagaimana yang terjadi si semenanjung liberia (Andalusia) sebelum dikuasai islam. Mereka tidak memiliki hak kemerdekaan sama sekali.[2]
            Di samping pertanian, perdagangan adalah unsur penting dalam perekonomian masyarakat arab pra-Islam. Karena letak geografisnya yang sangat strategis maka ia menjadi tempat persinggahan para kafilah dagang yang datang dan pergi menuju pusat perniagaan. Dikarenakan tanahnya yang tandus dan jarang turun hujan, maka perekonomian mereka umumnya bergerak di bidang perdagangan. Transportasi yang mereka andalkan saat itu adalah onta yang dianggap sebagai perahu padang pasir. Onta merupakan kendaraan yang menakjubkan. Onta memiliki kekuatan tangguh yang mampu menahan haus dan mampu menempuh perjalanan yang sangat jauh. Onta-onta ini pergi membawa barang dagangan dari negara lain, dan kemudian membawa produk negeri tempat berniaga. Mereka telah lama mengenal perdagangan bukan saja dengan sesama arab, tetapi juga dengan non-arab. Kemajuan perdagangan bukan saja dengan sesama arab, tetapi juga dengan non-arab. Kemajuan perdagangan bangsa arab pra-Islam dimungkinkan antara lain kerena pertanian yang telah maju. kemajuan tersebut ditandai dengan adanya kegiatan ekspor impor yang mereka lakukan. Para pedagang arab selatan dan yaman pada 200 tahun menjelang islam datang, telah mengadakan transaksi dengan india (Asia Selatan sekarang), negeri pantai afrika, sejumlah negeri teluk persia, Asia tengah, dan sekitarnya.[3]
            Dalam hal ini, komoditas ekspor arab selatan dan yaman adalah dupa, kemenyan, kayu, gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, anggur, dan barang-barang lainnya. Pada musim dingin, mereka berduyun-duyun ke Yaman untuk berdagang. Dan ketika musim panas, mereka memilih Syam sebagai tujuan perdagangannya.
            Adapun komoditas yang mereka impor dari afrika timur antara lain adalah kayu untuk bahan bangunan, bulu burung unta, lantakan logam mulia, dan badak; dari asia selatan dan china berupa daging, batu mulia, sutra, pakaian, pedang, dan rempah-rempah; serta dari negara lain teluk persia, mereka mengimpor intan (lombard,1975:1-1).
Masyarakat Arab dikenal sebagai bangsa pedagang. Mereka berdagang hingga keluar keluar Jazirah Arab, misalnya negeri Mesir,Syiria,Sundan,Oman, dan sebagainya. Tata cara berdagang bangsa Arab adalah sebagai berikut:
a.       Pengelompokkan perjalanan perdagangan
Empat putra Abdi Manaf /pemimpin dan penguasa suku Quraisy (kakek moyang Nabi Muhammad saw.) yang ditunjuk memimpin perjalanan besar pedagang (khafilah), yaitu 
1.        Hasyim,memimpin ke negeri Syam(Syiria)
2.        Abdus Syam,memimpin khaifilah ke negeri Habasiyah(Ethopia)
3.        Abdul Muttalib(kakek Nabi Muhammad saw.)memimpin kafilah ke negeri Yaman
4.        Naufal,memimpin perjalanan kafilah ke negeri Persia
b.      Perdagangan dilakuakan dengan cara berombongan(kafilah)
Masyarakat Arab, terutama suku Quraisy dikenal sebagai pedagang yang tangguh. Mereka sering mengadakan perjalanan peerdagangan ke luar negeri dengan rombongan besar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan, baik ketika dalam perjalanan maupun setelah sampai di tempat tujuan.  
c.       Cara pengaturan waktu perjalanan perdagangan
Ada dua musim perjalanan yang dilakukan oleh bangsa Quraisy, yaitu musim panas dan musim dingin. Perjalanan musim panas digunakan untuk perjalanan dagang ke negeri Syam, sedangkan pada musim dingin untuk  perjalanan kenegri Yaman.

Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai peternak adalah suku Arab pendalaman. Jenis binatang yang dipelihara adalah domba dan unta. Dalam menggembala hewan-hewan ternaknya, mereka harus hidup berpindah-pindah untuk mencari oase(tanah yang subur yang memiliki rumput-rumput yang hijau) sebagai makanan hewan ternaknya. Hasil yang mereka peroleh dari peternakan itu adalah susu,daging,dan kulit untuk pakaian atau menjual sebagian ternaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kekayaan mereka terlihat dari banyaknya hewan ternak yang mereka miliki.
            Perlu dijelaskan bahwa kota mekkah merupakan kota suci yang setiap tahunnya dikunjungi, terutama karena di situlah terdapat bangunan suci ka’bah. Selain itu di Ukaz terdapat pasar sebagai tempat pertukaran barang dari berbagai belahan dinia dan tempat berlangsungnya perlombaan kebudayaan (puisi arab). Oleh karena itu kota tersebut menjadi pusat peradaban baik pilitik, ekonomi, dan budaya yang penting.
            Para pedagang tersebut menjual komoditas itu kepada para konglomerat, pejabat, tentara dan keluarga penguasa, karena komoditas tersebut mahal, terutama barang-barang impor yang harus di kenai pajak yang sangat tinggi. Alat pembayaran yang mereka gunakan adalah koin yang terbuat dari perak, emas atau logam mulia lain yang ditiru dari mata uang persia dan romawi. Sampai sekarang berapa koin tersebut masih tersimpan di sejumlah museum di timur tengah (Hitti,2005:108-136 dan Abdullah, 2002:14-18)
            Mekkah merupakan jalur persilangan ekonomi internasional, yaitu menghubungkan mekkah ke Abysinia seterusnya menuju ke afrika tengah. Dari mekkah ke damakus seterusnnya ke daratan eropa. Dari mekkah ke al-madain (persia) ke kabul, kashmir, singkiang (sinjian) sampai ke zaitun dan contoh, selanjutnya menembus daerah melayu. Selain itu juga dari mekkah keadaan melalui laut menuju ke india, nusantara, hingga canton (al-haddad,1957). Hal ini menyebabkan masyarakat mekah memiliki peran strategis untuk berpartisipasi dalam dunia perekonomian tersebut. Mereka di golongkan menjadi tiga, yaitu para konglomerat yang memiliki modal. Kedua, para pedagang yang mengolah modal dari para konglomerat, dan ketiga, para perampok dan rakyat biasa yang memberikan jaminan keamanan kepada para khalifah pedagang dari perantauan, mereka mendapatkan laba keuntungan sebesar sepuluh persen. Oleh karena itu, tepatlah kata whatt:bahwa al-Qurr’an tidaklah di turunkan dalam suasana gurun pasir, melainkan pada perekonomian yang tinggi (Rahman, 1974:106, karim, 1974: 19-20, dan Husaini, 1949: 10-12).[4]
Orang-orang Arab zaman jahiliyah memiliki pasar-pasar seabgai pusat perdagangan. Pusat perdagangan yang terkenal, yaitu: Ukazh, Mijannah, dan Zul Majaz. Di antara tiga pasar ini, yang paling besar dan paling banyak pengunjungnya ialah Ukazh. Pasar ini dikunjungi orang-orang Arab dari berbagai daerah di seluruh Arab. Pengunjung terbanyak berasal dari Qabilah (suku) Mudhar, karena memang pasar ini terletak di daerah mereka.
Pusat perdagangan ini bukan hanya sebagai tempat transaksi perdagangan, tetapi juga menjadi pusat pertemuan para pakar sastra, syair, dan para orator. Mereka berkumppul untuk saling menguji. Sehingga, sebagaimana pertumbuhan kota-kota modern saat ini, maka konsep pasar pada masa jahiliyah tersebut tidak sekedar sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga menjadi pusat peradaban, kekayaan bahasa dan transaksi-transaksi global.
Sebagai pusat perdagangan, pada masa Jahiliyah transaksi riba merata di Semenanjung Arab. Bisa jadi mereka terjangkiti penyakit ini karena pengaruh orang-orang Yahudi yang menghalalkan transaksi riba. Islam datang menghapuskan transaksi riba, karena riba hanya merusak tatanan perekonomian.
            Dari uraian tersebut jelas, bahwa tradisi pertanian dan perdagangan di arab sebenarnya sudah ada jauh sebelum islam. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tradisi pertanian dan perdagangan yang ada memiliki ruh atau semangat kemanusiaan seperti keadilan dan persamaan. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana permodalan di kuasai oleh elit-elit pemodal. Sebagai contoh, para pedagang meminjam modal pada konglomerat, akan tetapi harus membayar utang tersebut dengan bayaran yang jauh lebih tinggi, hal ini lah yang menyebabkan yang sebagian di antara para pedagang mengalami kebangkrutan, sehingga mereka banyak melarikan diri ke gurun-gurun (Rahman, 1974 : 2-3). Sejak islam datang, nilai-nilai keadilan dan persamaan mulai dimaksukkan dalam perekonomian masyarakat arab. Misalnya dalam dalam hal pertanian dan perdagangan, islam mengayakannya dengan semangat keadilan, kejujuran, dan kesamaan. Kalangan kaya tidak diperbilehkan monopoli perekonomian dan budak yang miskin. Nabi muhammad mencontohkan bagaimana orang kaya membantu dan membina yang miskin, sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi.



BAB III
KESIMPULAN

Dari sisi perekonomian, unsur penting yang menjadi andalan masyarakat Arab pra Islam adalah perdagangan di samping bertani dan beternak. Mereka telah lama mengenal perdagangan bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-Arab. Terbukti dengan adanya Mekkah sebagai kota dagang internasional. Demikian ini karena letak daerah Hijaz, khususnya Mekkah, sangatlah strategis, yakni penghubung jalur dagang antara Yaman dengan Syiria.



DAFTAR PUSTAKA

            Anto Hendri, pengantar ekomoni islam (yogyakarta:ekonosia, 2003)
            Chamid Nur, Jejak Langkah Swjarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
            Sudarsono Heri, konsep ekonomi islam (yogyakarta: ekonosia, 2004)


[1] Hendri anto, pengantar ekomoni islam (yogyakarta:ekonosia, 2003), 70,71.
[2] Drs. Nur Chamid MM, Jejak Langkah Swjarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
[3] Ibid., 61-67.
[4] Heri sudarsono, konsep ekonomi islam (yogyakarta: ekonosia, 2004), 79-82.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 BLOG SAYA. All rights resevered. Designed by Templateism